Aek Sibodat Primadona Wisata Tradisi Marpangir Masyarakat Padang Sidempuan Sekitar
SiagaOnline.Com, Padang sidempuan - Tempat Wisata Pemandian Aek Sibodat di Perkebunan Simarpinggan Angkola Selatan (Angsel), Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) menjadi pilihan alternatif masyarkat Padang Sidempuan dan Tapsel dalam meramaikan tradisi "Marpangir" jelang hari - H pelaksanaan Ibadah Suci Bulan Ramadhan 1443 H.
Pantaun Wartawan, Mulai dari perseorangan, kelompok dan keluarga dari anak - anak dan dewasa silih berganti keluar masuk.
Lokasinya Jauh dari kebisingan dan tempatnya masih alami, hanya sungai memanjang, dengan bendungan di dalamnya. Saung tempat berjualan di pinggir sungai menambah eksotis tempat ini.
Tidak ada yang unik dari tempat wisata ini namun karena inovasi warga setempat membuat meja dan saung di atas sungai dan tempat ayunan di atas lubuk bendungan membuat daya tarik tersendiri.
Salah satu pengunjung yang marpangir di lokasi Aek Sibodat, Rustiaman Sari kepada wartawan mengatakan sebenarnya kedatangannya bukan serta merta mengikuti kegiatan tradisi Marpangir, sebagaimana biasanya mandi bunga dan wangi wangian.
Dirinya dan keluarga menyikapi isitilah Marpangir zaman sekarang ini sebelum Hari - H memasuki pelaksaan ibadah bulan suci Ramadhan yakni bepergian kesuatu tempat bersenang - senang dengan membungkus makanan yang dipersiapkan untuk sahur di hari perdana.
" Kita menyikapi istilah marpangir hanya bepergian ke suatu tempat bersenang - senang semisal Pemandian Aek Sibiodat membawa bontot masakan yang kita persiapkan untuk sahur puasa. Tidak ada kita bawa bunga - bungan atau wewangian bahkan kita tidak mandi sama sekali hanya menikmati keramaian orang," ujar Rusty, Sabtu, 2 April 2022.
Dikutip dari media merahputih.com, Marpangir adalah tradisi mandi wewangian yang terbuat dari bermacam jenis rempah-rempah alami. Marpangir bagi masyarakat Sumatera Utara, telah menjadi tradisi turun-temurun dari nenek moyang mereka.
Secara harfiah Marpangir berasal dari kata 'Pangir' ditambah kata kerja 'Mar' dalam bahasa indonesia 'Mar' sama dengan 'Ber' sedangkan 'Pangir' dalam bahasa Indonesia adalah 'Ramuan'. Ramuannya sendiri terdiri terdiri dari Daun pandan,Bunga kenanga,Akar wangi dan Ampas kelapa yang dikeringkan terlebih dahulu kemudian direbus, maka ramuanpun siap dipakai untuk Marpangir.
Marpangir biasanya dilakukan di aliran sungai mengalir deras. Hampir sama dengan tradisi yang berlaku di pulau Sumatera, seperti mandi Balimau, Marpangir akan dilakukan beramai-ramai di bantaran kali.
Tujuannya adalah membersihkan tubuh dengan berbagai ramuan yang telah disiapkan tadi. Dengan Marpangir juga mereka bermaksud menghanyutkan dosa-dosa masa lalu, dan mempersiapkan diri memasuki bulan suci Ramadhan.
Dalam kacamata Ketua PDP Muhammadiyah Medan Eka Putra Zakran, SH yang dilansir dari laman medan.tribunnews.com mengatakan bahwa tidak adanya anjuran ataupun tuntunan dalam ajaran Islam untuk Marpangir.
"Masalah Mandi Bunga atau Marpangir dalam Ramadhan, menurut Syariat Islam tidak ada anjuran dan tuntunannya. Jika ada yg mandi bunga atau Marpangir ini hanya kebiasaan lama (tradisonal) saja dari para leluhurnya. Menurut saya mandi pangir tidak pas dikerjakan dalam menyambut Ramadhan. Silahkan mandi bunga atau marpangir agar tubuh wangi, tapi tidak diperuntukkan untuk kenyambut ramadhan, kalau untuk menyambut ramadhan, mandi bunga atau pangir ini tentu menjadi perbuatan yang sia-sia dan tak bernilai apa-apa," katanya
Sementara dalam pandangan Dr.Zainal Efendi Hasibuan salah satu Dosen Pascasarjana pada IAIN Padang Sidempuan mengatakan Marpangir tradisi di Tapanuli Selatan, khusus masyarakat Angkola Mandailing.
Marpangir itu substansinya pembersihan diri secara jasmaniyah, karena akan memasuki bulan yang suci. Pada prakteknya masyarakat menyaiapkan ramuan berupa pangir yang terbuat dari bahan tradisional, sesuai dengan bahan kearifan lokal. Tentu ini, bukanlah perbuatan musyrik, hanya perbersihan diri secara jsamani.
" Hanya saja fenomena marpangir saat ini banyak disalahgunakan oleh muda mudi yang belum menikah, dalam pelaksanaannya mereka pergi berduaan ke tempat tertentu, yang terjadang berbuat perilaku tidak terpuji atau patologi sosial. Sebaiknya, tradisi baik ini tetap dilestarikan karena bagian dari budaya kearifan lokal Tapanuli Bagian Selatan, namun tetap dilaksanakan sesuai dengan norma adat istiadat dan hukum syari'at Islam." Ujar Dr.Zainal Efendi Hasibuan yang juga pemilik sekolah MIS dan TK Baitul Hikmah Al - Zain yang berlokasi di PASAR PARGARUTAN, Kec. Angkola Timur, Kab. Tapanuli Selatan Prov. Sumatera Utara (Amils)
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa korupsi dan lain-lainnya/rilis atau ingin pasang Iklan dan berbagi foto?
Silakan SMS/WatsApp ke:
0852-6599-9456
Via E-mail:
[email protected] / [email protected]
(Mohon Dilampirkan Data Diri Anda) |
Komentar Anda :